Judul: The After-Dinner Mysteries (Nazotoki wa Dinner no Ato de)
Penulis: Higashigawa Tokuya
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 291 halaman
Harga: Rp59.000
Terbit: Maret 2014
Satu lagi buku dari Jepang! Buku yang satu ini merupakan kumpulan cerita pendek (cerpen) misteri yang diwarnai dengan tingkah kocak para karakternya. Lucu dan menegangkan. Saya sangat menikmati tiap jalannya cerita dan sedih saat buku ini selesai dibaca. Saya ingin lebih banyak membaca cerita Reiko dan Kageyama.
Hosho Reiko dan Kageyama merupakan dua tokoh utama kita dalam buku ini. Selain mereka berdua, ada Komandan Kazamatsuri yang melengkapi kelucuan di dalam tujuh cerpen berbeda. Karakter mereka, terutama Kageyama dan Komandan Kazamatsuri lucu secara alami dengan sifat dan sikap yang dibentuk oleh penulis. Mereka benar-benar membuat cerita menjadi tidak membosankan.
Reiko sendiri merupakan polisi detektif di wilayah Kunitachi dengan Komandan Kazamatsuri sebagai atasannya. Bagi Reiko, atasannya itu sangat tidak bisa diandalkan, tukang pamer, dan selalu ingin tampak benar. Namun, tentu saja sikap Komandan yang seperti inilah justru yang bisa menimbulkan tawa. Sementara Kageyama adalah sopir dan pelayan di rumah Hosho yang selalu membantu Reiko dalam memecahkan setiap kasus.
Judul: Girls in The Dark
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 283 hlm.
Harga: Rp52.000
Terbit: Mei 2014
Kisah Girls in the Dark dimulai dan diuraikan dengan cara yang unik. Secara keseluruhan buku ini berkisah tentang seorang gadis cantik dan kaya bernama Shiraishi Itsumi, Ketua Klub Sastra di SMA Putri Santa Maria yang ditemukan meninggal. Dia jatuh dari ketinggian dengan tangannya menggenggam bunga lili. Berita kematiannya tersebar diduga karena bunuh diri, tapi tak ada satu pun orang yang boleh menghadiri pemakamannya. Intinya, tak ada orang yang bisa melihat jasadnya setelah hari dia ditemukan jatuh dari ketinggian.
Untuk mengenangnya, anggota Klub Sastra mendedikasikan malam yami-nabe (sebuah acara yang pesertanya diharuskan membawa bahan makanan dan dirahasiakan dari yang lain) untuk Itsumi. Yami-nabe diselenggarakan dalam kegelapan atau dengan sedikit sumber cahaya sehingga tak seorang pun dapat melihat bahan masakan yang dimasak. Yami-nabe dalam buku ini tak hanya memasak dan makan bersama, tetapi juga sambil mendengarkan cerita yang dibuat oleh anggota dan dibacakan secara bergantian. Malam itu, cerita yang dibuat khusus berkisah mengenai kematian Itsumi.
Ini seperti impian yang menjadi kenyataan. Seperti obat yang menyembuhkan luka atau bagai gelar juara setelah semua perjuangan. Sekalipun itu hanya sesaat, sebuah impian yang akhirnya bisa diwujudkan memiliki arti lebih dari apa pun.
Barangkali seperti itulah yang dirasakan oleh Van gogh jika dia bisa pergi ke masa depan dan melampaui waktu. Seperti yang sudah banyak orang tahu, selama hidupnya pelukis aliran post-impressionist, Vincent van Gogh tidak pernah mendapat pengakuan atas karya-karyanya. Selama hidup dan sejarah berkaryanya, hanya ada satu lukisan Van Gogh yang terjual, yaitu The Red Vineyard. Lukisan tersebut terjual beberapa bulan sebelum kematiannya. Itulah satu-satunya apresiasi yang pernah ia terima terhadap karya-karya yang telah dia buat. Van Gogh bisa dibilang tak menghasilkan banyak materi dari profesi yang dipilihnya (adiknya, Theo van Gogh yang membiayai hidupnya). Namun, Van Gogh terus melukis. Dia tidak pernah tahu bahwa kini karyanya dipuji dan diakui, lukisannya dipajang di tempat-tempat terkenal, karyanya begitu dihargai, dan dia guru bagi banyak pelukis.
Barangkali seperti itulah yang dirasakan oleh Van gogh jika dia bisa pergi ke masa depan dan melampaui waktu. Seperti yang sudah banyak orang tahu, selama hidupnya pelukis aliran post-impressionist, Vincent van Gogh tidak pernah mendapat pengakuan atas karya-karyanya. Selama hidup dan sejarah berkaryanya, hanya ada satu lukisan Van Gogh yang terjual, yaitu The Red Vineyard. Lukisan tersebut terjual beberapa bulan sebelum kematiannya. Itulah satu-satunya apresiasi yang pernah ia terima terhadap karya-karya yang telah dia buat. Van Gogh bisa dibilang tak menghasilkan banyak materi dari profesi yang dipilihnya (adiknya, Theo van Gogh yang membiayai hidupnya). Namun, Van Gogh terus melukis. Dia tidak pernah tahu bahwa kini karyanya dipuji dan diakui, lukisannya dipajang di tempat-tempat terkenal, karyanya begitu dihargai, dan dia guru bagi banyak pelukis.